Pengalaman Rekrutmen: Kegagalan (Untuk Kesekian Kali)
Kegagalan? Satu kata yang dapat
mengubah pandangan hidup dalam sekejap. Masih disegmen #RecruitmentExperience, saya akan membagikan beberapa kegagalan
lain yang saya alami. Beberapa kegagalan ini saya sampaikan karena menimbulkan
efek penyesalan yang cukup mendalam bagi saya.
Menjadi jobseeker selama 3 bulan pasca wisuda merupakan pengalaman yang
sangat berharga bagi saya. Perasaan saya benar-benar tidak karuan. Kontrol emosional
dan pikiran sayapun nampaknya cukup banyak berubah dalam waktu yang singkat
tersebut. Seringkali saya dihingggapi rasa senang, kaget, putus asa dan merasa
digantungkan. Mungkin dari pembaca pernah ada yang mengalaminya, dan selamat bagi
Anda yang masih bertahan.
Kenapa ada kegagalan yang membekas
dan ada yang tidak? Saya rasa semua itu bergantung kepada ekspektasi. Untuk
kasus saya beberapa penyesalan datang ketika saya tidak mampu mewujudkan impian
untuk bekerja diperusahaan yang saya idam-idamkan. Atau juga ketika saya sudah
melakukan usaha lebih namun hasil yang di dapat tidak sesuai. Jelas ketika realita
yang ada sangat berbeda dengan ekspektasi manusia cenderung akan merasa gagal
dan kecewa terhadap dirinya sendiri.
Beberapa kegagalan yang belum
pernah saya ceritakan diantarannya:
- Pertamina - Saya memiliki alasan tersendiri ketika memilih Teknik sebagai jurusan saya. Saya bercita-cita untuk masuk dan bekerja di dunia Oil & Gas Industry, dan salah satu perusahaan yang saya impikan adalah Pertamina. Rekrutmen Pertamina amat saya nantikna jauh-jauh hari sebelum saya lulus, sehingga ketika pada bulan September kemarin dibuka saya merasa amat senang. Yang membuat saya cukup kecewa adalah karena saya hanya sampai pada tahap tes online saja. Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri. Meskipun saya tahu peluang untuk masuk Pertamina adalah 1:1000, namun dulu saya tetap mencoba optimis. Sayangnya memang ada banyak peserta yang memiliki kemampuan jauh diatas saya. Saya pribadi menyadari bahwa ada kompeensi yang sangat kurang terkait bahasa, dan saya yakin bahwa mungkin penyebab kegagalan terbesar saya karena tes Bahasa inggris yang kurang.
- Antam - Bulan September lalu juga Antam membuka lowongan untuk program AFPG Batch V. Ketika saya mempersiapkan berkas untuk lamaran saya masih belum memiliki sertifikat TOEFL. Saya memutuskan untuk mengambil tes tanpa melakukan les terlebih dahulu, untungnya tepat H-1 penutupan pendaftaran score TOEFL saya keluar dan memperoleh hasil yang jujur saja melebihi ekspektasi saya. Namun sayangnya, diminggu kedua bulan Oktober saya mendapat email bahwa saya tidak lolos kualifikasi. Jujur saya merasa sangat kaget karena rasanya saya memenuhi semua persyaratan yang ada baik dari IP, Skor TOEFL, jurusan terkait dan persyaratan lainnya. Ternyata pada minggu pertama bulan Oktober peserta yang lolos seleksi administrasi diberi undangan tes online melalui email. Hal itulah yang memberikan tamparan sebegitu besarnya kepada saya. Saya menjadi sangat pesimistik dan mempertanyakan kredibilitas saya. Saya menjadi sadar bahwa lulus cumlaude dari kampus ternama tidak memiliki peran apapun ketika melamar pekerjaan. Bahkan hanya sekedar untuk lolos administrasi. Awalnya saya menyalahkan keadaan, namun akhirnya sadar bahwa apa yang terjadi di hidup kita adalah akibat dari hal-hal yang kita lakukan sebelumnya. Mungkin saya pribadi memang tidak cukup pantas untuk bersaing dan bersanding.
- BCAFinance - Saya mendaftar untuk program PDP yang setara dengan MT pada perusahaan ini. Jujur saja saya sudah lolos pada tahap psikotes dan diharapkan lanjut pada tahap selanjutnya. Namun saya memilih berhenti karena waktu itu saya sudah mencapai interview user pada suatu perusahaan tambang dan saya lumayan percaya diri. Namun kenyataan pahit harus saya telan, saya tidak diterima di perusahaan tambang tersebut. Penyesalan saya kembali menguar mengingat saya menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan pada saya. Namun sayangnya saya juga tidak dapat memutar waktu dan kejadian tersebut juga muncul karena keputusan saya sendiri.
Kalau boleh jujur awalnya saya
sangat tertekan ketika berhadapan dengan kegagalan. Kegagalan diatas mungkin hanya sebagian kecil yang pernah saya alami. Namun seiring berjalannya
waktu dan saya seringkali gagal dibanyak perusahaan, saya menyadari bahwa
kegagalan adalah sesuatu yang normal. Saya pernah membaca di HendrikPositivityBlog
bahwa “Everyone fails at something”. Kalaupun kita gagal, kegagalan kita tidak
mengurangi value kita sebagai manusia. Saya percaya bahwa kalaupun kita gagal
kemarin ataupun hari ini, tidak akan pernah ada jaminan bahwa kita akan gagal
diwaktu yang akan datang.
Untuk saya pribadi hal-hal yang
saya lakukan ketika gagal adalah mencoba menerima perasaan. Memang sakit pada
awalnya, namun lama kelamaan akan terbiasa seiring berjalannya waktu. It’s okay to not being okay, tapi kalau
memang ada yang bisa kita perbaiki kenapa tidak? Maka dari itu biasanya saya
mencatat dalam buku hitam saya yang saya beri judul “list of failure”. Buku
tersebut berisi catatan kegagalan saya dan evaluasi yang harus saya lakukan
agar saya tidak jatuh kelubang yang sama dua kali. Sampai saat ini saya mungkin
belum merasakan manfaatnya secara signifikan, tapi besok? Tidak akan ada yang
tahu. Jadi mari hidup lebih positif dan segera move on dari kegagalan.
*by the way sampai saat ini saya juga masih belum dapat pekerjaan.
Tapi saya mencoba percaya sama Allah bahwa selagi saya mau berusaha pasti aka
nada jalan. Semangat jobseeker di luar sana, semoga kita lekas dipertemukan
dengan rezeki kita. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar